WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

Mendaki

Cerita ini pengalaman salah satu member dari SQ Line.

Jadi waktu itu kami mendaki berempat, cowok 3 orang dan cewek 1 orang. Kami saat itu ngaret, jadi pas nyampe pos perijinan malah kesorean.

Jarak dari perijinan sampai pos Savana itu jalan sekitar 8 jam-an, itu paling cepat. Ya mau tidak mau kami tracking malam dan aku sebenarnya gak suka tracking malam-malam, maklum penglihatan berkurang hehe. Sekitar jam 3-an abis sholat ashar baru kita mulai tracking.

(FYI, gunung Buthak, daerah Malang, Jawa Timur, dulu masih sepi, jadi yang namanya hutan lumut itu masih rapat. Meski siang cerah gitu kayak terasa sore mau gelap, apalagi kondisi masih sepi. Dulu sih gitu, gak tahu sekarang haha)

Nah, selama perjalanan sih masih aman sampai waktu magrib gitu kami sholat sebentar. Nah 'kan kami jamaah, teman yang cewek merasa seperti ada yang ikut sholat di belakangnya, tapi mencoba biasa saja gitu (dia baru cerita ketika turun, katanya cewek putih banget).

Oke, sehabis sholat kami melanjutkan perjalanan, ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul biar tak terasa capeknya. Sampai sekitar jam 9an kalau gak salah, tiba-tiba aku merasa ngantuk. Aku bilang ke teman-teman, akhirnya aku cuci muka terus lanjut jalan lagi. Nah, sudah mulai mengalami halusinasi sih, seperti meliat sebelah kiri ada rumah-rumah gitu (ternyata pas perjalanan pulang itu jurang). Ya di paksa kuat sajalah.

Tiba-tiba, temanku si B kakinya keseleo, gak tahu kenapa. Ya sudah setelah dipijat diberi balsam dan koyo, istirahat sebentar, kami lanjut berangkat jalan pelan-pelan. (Pas sampai bawah katanya dia menginjak batang berdaging seperti pergelangan tangan, tapi pas dia lihat bawah gak ada batang pohon apapun).

Akhirnya sampai di Savana tempat camp sekitar jam 12 lebih dan ngantukku tiba-tiba hilang haha. Nah, di situ gak ada kelompok pendaki lain selain kami. Kami langsung pasang tenda dekat sumber air, kelar menata bawaan, tiba-tiba hujan deras. Ya hujan lokal gitu, untungnya tenda sudah berdiri. Temanku si A meracik minum, lalu aku buat makanan soalnya si cewek sama si B tepar duluan. Setelah itu kami bangunkan mereka berdua, disuruh makan dulu, sholat gantian, baru istirahat.

Nah, gak tahu tadi mata yang terasa berat banget sekarang malah gak bisa tidur, sementara yg lain sudah molor. Coba memejamkan mata sambil mendengarkan rintik hujan, eh samar-samar terdengar langkah kaki mendekati tenda kami. Pikirku sih paling juga pendaki lain baru datang gitu. Semakin dekat, aku merasa orang itu mengelilingi tenda kami beberapa kali.

Tiba-tiba si A menyenggolku, ternyata dia dengar juga, dan posisi aku tidur tepat di pintu tenda. Ya sudah cuma bisa doa lalu ketiduran. Kata si A, itu yang keliling sempat berdehem lalu tak terdengar langkahnya lagi seolah tiba-tiba menghilang. (Pas turun si A cerita sempat terdengar lolongan sebelum terdengar langkah kaki)

Besoknya kami turun jam 11an, sampai pos perijinan sudah mau magrib. Nah, selama perjalanan turun nih temanku si A ini yang di posisi paling belakang merasa ada yang mengikuti. Tapi setiap menoleh gak ada siapa-siapa. Syukurlah kami bisa turun dan kembali dengan selamat.

Intip Sekalian!

Masuki Dunia Penderita Skizofrenia Melalui Karya Seni

Mad Father