WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

Random: Screaming Lynne

Ngerti 'kan kalau pengelihatan orang selalu terfokus pada cela orang lain? Semua hal baik selalu dianggap, seperti, memang seharusnya begitu, dan semuanya cuma lewat begitu saja seperti udara. Tak ada yang mau memperhatikan pagar yang lurus lebih dari "memang seharusnya begitu". Lalu saat ada yang bengkok barang sedikit, semua menolaknya dan menggebu-gebu, "kamu harusnya berdiri seperti yang lainnya".

Kenapa? Kenapa manusia selalu menolak yang berbeda?

Ketika kau melakukan kebaikan kecil, berulang kali, tak ada yang melirikmu. Bahkan kalaupun kebaikan itu besar, mungkin mereka hanya mengangguk dan berkata, "Wah, bagus. Lanjutkan, memang seharusnya begitu."

Sayangnya, saat kau mencoba 'rehat sejenak' dari kebiasaan baikmu dan orang lain mencoba melakukannya menggantikanmu...

"Kenapa kau tak melakukan seperti yang dia lakukan?"

Seolah kau tak pernah baik selama ini.

That pressure, mates. That pressure.

Pressure makes either diamond or compressed trash.

Mengapa tak ada toleransi untuk beristirahat dari standard?

Now, I just "feels sorry for myself". Some of you might think so.

Rapopo. Gak masalah. Tapi, apa salahnya mengasihani diri sendiri? Duduk sebentar tidak menyakiti siapa-siapa. Lagipula tak ada yang benar peduli. Aku harus tetap lurus, baik, dan menjadi diri sendiri yang sebenarnya, itu peduli mereka. Ha. Apa yang kalian tahu tentang "aku menjadi diriku yang sebenarnya"?

Berhenti berasumsi dan melontarkan prejudis. Faktanya, 'diriku yang sebenarnya' adalah apa yang dilakukan diri ini yang kalian anggap benar. Tak ada yang pernah mengerti bahwa, melakukan pekerjaan copy-paste standard kelakuan "memang seharusnya begitu", semuanya hanya untuk mencapai hadapan orang lain. Apakah saya yang untuk orang lain dan saya yang untuk diri sendiri itu sama?

Aku barang rusak, produk gagal, pagar bengkok karena tidak mencapai pemahaman sosial bahwa aku harus selalu lurus dan melakukan "kebaikan" yang orang lain lakukan, bahwa istirahat itu buruk dan kau tak sepatutnya melalukan hal itu.

Aku manusia rongsok, menolak siklus menjadi dewasa dan terus melakukan hal-hal kekanakan yang, jelas sekali, bertolak dari standard memang seharusnya begitu. Tak pantas. Tak benar. Tak baik. Tak sesuai dengan pola.

"Mau jadi apa kamu hidup melenceng seperti itu?"

Humans are coward. Mereka takut pada hal yang berbeda. Mereka takut pada hal yang tak mereka mengerti. Mereka menolak hal yang tak seperti kaumnya. Mereka takut mengakui ada yang bisa dilakukan selain apa yang biasanya dilakukan. Mereka takut pada yang bertolak belakang. Mereka beramai-ramai membuang yang tak mereka suka. Mereka bersikeras meluruskan apa yang dianggapnya bengkok, takut mengambil resiko karena membiarkannya bengkok. Manusia itu penakut, cupu, cemen. Beraninya cuma ikut arus dan cari aman. Saling mengiyakan satu patokan hanya karena takut dibuang.

Lalu, saya yang rusak ini akan diapakan?

Gampang.

Kalau tidak diletakkan di recycle bin, ya dilempar ke TPA.

Intip Sekalian!

Masuki Dunia Penderita Skizofrenia Melalui Karya Seni

Mad Father