WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

Correspondence:;//revelation:;//07


     accessing server:;// Green Road Library, raleigh nc
     accessing desktop files:;// Please Read
     submitting...

===============================

Samantha, ya, dia yang punya ide cemerlang untuk menulis artikel tentang Hell House. Dia mengajak dua temannya, Jason dan Amanda— anak-anak polos yang gak tahu masalah apa yang mereka ikuti. "Pasti seru," katanya.
"Jangan, Sam." mohonku padanya, tapi cewek itu, duh, dia benar-benar keras kepala. Hal-hal gak jelas terjadi di sana, aku sekedar tahu saja. Selama berminggu-minggu tak ada yang melihat mereka lagi. Bolos sekolah dan kerja, juga mengabaikan panggilanku. Aku mengetuk pintu rumahnya di hari Minggu. "Ada apa, Sam? Awas saja kalau tak memberitahuku."
"Kau benar," katanya, "Kami seharusnya tidak kesana."
"Yah memang." Aku menjaga kata-kataku sebaik mungkin. Aku tak bicara dengannya lagi sejak saat itu.

.....

Setahun berlalu dan aku mulai melupakan masalah itu. Antara tugas sekolah dan masalahku sendiri, aku tak punya waktu untuk memikirkan masalah itu. Aku pindah sekolah dan putus hubungan dengan kelompokku— semuanya kecuali Shaun.
Shaun dan aku sangat lengket, selalu seperti itu. Kami tumbuh bersama dan lebih seperti saudara ketimbang teman. Kami memperhatikan satu sama lain; Kami keluarga. Ini penting bagiku karena keluargaku yang asli sudah hancur, luluh lantak sejak kematian adik perempuanku. Ibuku menyalahkan dirinya sendiri karena dia yang menyetir saat kecelakaan itu terjadi. PTSD menenggelamkannya, membuatnya ketergantungan pada obat dan tak pernah meninggalkan rumah. Ayahku juga menyalahkannya, memastikan diri untuk mencercanya kapanpun dia punya kesempatan sampai akhirnya pria itu pergi meninggalkan rumah. Pindah yang jauh adalah satu-satunya perubahan yang ingin kulakukan, dengan satu-satunya penyesalan karena meninggalkan saudaraku, Shaun.

.....

Aku pulang ke rumah untuk pertama kalinya, dan memang aku bersiap untuk hari itu, saat Halloween. Menyenangkan bisa bertemu wajah-wajah mereka. Shaun, Amy Hutchins dan banyak lagi kawan lama. Amy dan Shaun sudah pacaran selama bertahun-tahun. Aku tidak pernah dekat dengan cewek-cewek yang digebet Shaun, tapi Amy itu beda. Cantik dan pandai, ditambah ia membuat Shaun bahagia— gimana bisa gak suka? Amy dan aku selalu berhubungan baik. Sejujurnya aku punya rasa sedikit padanya sebelum Shaun jalan dengannya. Aku tak pernah bilang ke siapapun. Aku lumayan patah hati, seperti orang-orang biasanya.
Shaun banyak menghabiskan waktunya malam itu di toilet muntah-muntah. Aku banyak menghabiskan waktuku bersama Amy; ide buruk. Memoriku sedikit kabur, tapi aku ingat kalau aku menyatakan perasaanku padanya, memberitahunya bahwa dulu aku pernah punya rasa padanya. Kami mulai membahas adikku dan akupun menangis.
Kami berjalan keluar karena bar mulai terasa sempit menyesakkan. Jujur saja, aku cuma gak mau ada yang melihatku seperti itu. Amy memelukku, dan saat itu pula aku menciumnya. Meski berkostum pengantin berdarah-darah, dia tetap tak bisa ditolak. Dia balas menciumku. Aku tak percaya aku benar-benar melakukannya. Bisa-bisanya aku menghianati saudaraku seperti ini? Kami setuju untuk tidak memberitahu siapapun. Rasa sesal membunuhku, tapi aku harus kembali pergi dua hari lagi dan aku gak mau Shaun membenciku. Aku berniat memberitahunya langsung, beneran, tapi seiring waktu sepertinya lebih mudah untuk memendamnya saja.

.....

Kuliah benar-benar capek, man. Aku juga gak terlalu rajin soal belajar. Aku biasanya cuma mengerjakan seadanya saat di SMA selama aku masih baik-baik saja. Itu bukan masalah yang sebenarnya di sini. Kuliah mulai menenggelamkanku, menghabiskan waktu bebasku. Aku berusaha keras untuk menjaga kontak dengan Shaun, tapi sulit sekali. Aku mengurus blog dan profil facebook jadi setidaknya aku masih bisa menikmati ilusi kalau kami masih dekat. Kenyataan pahitnya yaitu kami berdua semakin menjauh. Perjalanan pulangku jadi semakin jarang dan jarang, dan telepon rutin kami berubah menjadi e-mail. Shaun sering mengundangku pulang saat libur panjang untuk ikut dia dan beberapa teman lama pergi kemah atau nongkrong di cottage. Dia sering melakukannya, jadi saat dia mengajakku ke pesta tahunannya Samantha, aku tidak begitu memikirkan ajakannya. Aku menolak penuh sesal, dan dia sudah terbiasa mendengar jawabanku. Hell House adalah hal yang paling tidak terpikirkan olehku, setidaknya pada saat itu, sampai Shaun mengirim e-mail padaku esok harinya.

.....

Shaun memberitahuku kalau dia dan Amy nyasar di jalanan berlumpur. Dia menjelaskan ceritanya yang persis dengan yang Samantha ceritakan setelah dia pulang dari Hell House. Wanita tua, gudang merah, jalan terpencil. Aku tahu ini bukan cuma kebetulan. Aku tidak mau menakutinya atau membuat kesimpulan seenaknya. Lagian, Shaun sering iseng. Meski aku sama sekali tak mau percaya cerita itu, aku merasakan hal buruk. Aku mendengar banyak sekali cerita tentang tempat itu. Kucoba menenangkan Shaun sambil pura-pura seolah aku tak terpancing cerita ini. Kalau dia sedang menjahiliku, aku tak mau kelihatan bego banget. Perlahan-lahan mulai jelas bahwa Shaun tidak sedang iseng.

.....

Shaun terus-menerus mengirimiku e-mail aneh, dan semuanya membuatku makin merasa cemas tentang masalah ini. Pesannya semakin absurd karena muncul frasa-frasa yang diulang dan seluruh isinya berbahasa Latin. Salah satu e-mail menyebutkan adikku yang mendorongku ke tepian. Mungkin Shaun tahu tentang aku dan Amy, dan ini caranya membalasku? Aku tak peduli, kukatakan padanya untuk menjauh dan jangan membalas e-mail lagi. Amy meneleponku beberpa minggu kemudian. Shaun menghilang. Aku sangat tahu di sana ada hal jahat yang sedang bekerja. Aku pulang naik kereta pertama. Aku mendapat panggilan saat di kereta; Shaun mati. Dia membunuh dirinya sendiri.

.....

Darahku membeku. Aku tidak bisa fokus pada apapun yang Amy katakan padaku karena telingaku berdenging. Kuputus sambungan—aku tak mau dengar lagi. Detalinya mengerikan. Ini bukan sekedar bunuh diri. Aku kenal Shaun lebih baik dari siapapun dan ada hal aneh yang sedang terjadi. Apakah ini berhubungan dengan Hell House? Semua cerita seputar tempat itu memenuhiku. Gak mungkin berhubungan, 'kan? Seseorang betulan mati dan aku menyalahkan cerita horor picisan? Gak mungkin, pasti ada seseorang di balik semua ini dan akan kutemukan siapa dia, atau setidaknya itu yang kupikirkan waktu itu.

.....

Aku sedang main laptop dan benda itu mulai rusak. Layarnya mulai jadi hitam berulang kali, dipenuhi teks-teks error putih. Kucoba memanggil bantuan tapi ponselku mati, ditambah listrik yang konslet. Jleg, semua lampu di rumahku mati. Apa yang sedang terjadi? Aku pergi turun memeriksanya. BUM! BUM! BUM! Benturan berkali-kali! Apa itu pintuku? Apa seseorang berlari di tengah ruangan? Mendadak listrik kembali menyala. Dengan ponsel mati dan laptop yang membuka laman blogku di layarnya, aku memohon bantuan. Listrik padam lagi. Ketakutan, aku berbalik untuk pergi ke lantai atas. Saat itulah aku melihat wanita itu berdiri di belakangku.

.....

Meski berada di basement yang gelap gulita, aku bisa melihatnya dengan jelas. Aku menjerit namun tak ada suara yang keluar. Kucoba kabur, tapi tak bisa. Aku pingsan. Aku ingat kilatan kecil yang muncul. Aku ingat aku mengetik sesuatu. Aku ingat aku menyayat diriku sendiri. Aku ingat rasa sakitnya. Aku ingat darah yang mengalir. Aku ingat aku terbangun di tengah lapangan tanpa tahu kenapa aku di sini.

.....

Aku tak bisa berhenti berlari. Kuhabiskan malamku di dalam motel dan mengemis untuk uang dan makanan. Aku masih melihatnya. Dia mengunjungiku saat malam. Dia menunjukkan padaku hal-hal yang tak ingin kulihat. Kadang dia berwujud wanita tua yang muncul di basement-ku. Penampakan yang menghantuiku setiap aku menutup mata. Wanita itu masih memanipulasiku sampai saat ini. Kadang dia berubah wujud sepenuhnya. Gaun pengantin berdarah-darah, makeup putih dan mata hitam. Amy Hutchins; Penyesalanku; Rahasiaku. Dia memberitahuku ada satu jalan keluar. Tapi aku harus melakukan beberapa hal dulu untuknya.

.....

Pertama adalah menuliskan apapun yang kuingat dan inilah dia. Aku perlu membaginya pada orang lain sebanyak mungkin. Kalau kau membaca ini, aku minta maaf.
Selanjutnya makin sulit. Dia memintaku untuk membunuh A66 543ma85.66nda Co:;//oper6117.
Yang terakhir adalah 5.6 66.8 14:;//[fatal error]

...

Sekian, Ross Meyer

...
...

===============================
     disconnecting...
disconnected

Intip Sekalian!

Masuki Dunia Penderita Skizofrenia Melalui Karya Seni

Mad Father