WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

Pesan Iseng

Jam menunjukkan di tengah malam. Aku sedang bermain laptop di kasurku, melihat-lihat video YouTube. Sayangnya, keasikanku terhenti saat ponselku bergetar. Kulihat ada pesan masuk dari temanku, Ben.

“Hei, aku di pintu belakang rumahmu. Bisa bukakan pintunya?”

Aku tahu dia bohong. Sejak beberapa minggu ini, dia terus menerus mengerjaiku. Minggu pertama dia bilang dia ingin main dan sudah memarkir mobilnya di depan gang-ku, faktanya dia sedang tiduran di kamarnya. Minggu selanjutnya, dia bilang kalau dia mau ngajak jalan. Ketika aku keluar untuk menyapanya di mobilnya, dia malah membawaku ke rumah tetangga. Aku tidak akan tertipu kali ini. Aku membalas pesannya.

“Aku tahu kau cuma ingin mengerjaiku.”

Dia langsung membalas.

“Nggaaak, aku serius kali ini, aku di pintu belakang.”

“Usaha bagus, tapi aku tahu kamu gak di sana.”

Kuletakkan ponselku dan kembali ke laptop. Sekitar semenit kemudian, ponselku bergetar lagi.

“Aku di lantai bawah.”

“Ben, kamu gak bisa ngerjain aku lagi setelah dua minggu berturut-turut. Juga, kuberi A untuk usahamu.”

Kutaruh lagi ponselku. Aku tidak akan main permainan kecilnya. Saat aku ingin melanjutkan pencarian video, aku mulai mendengar suara di rumahku yang sepi. Aku menghadap pintu kamarku dan menyimak. Suaranya seperti langkah kaki, langkah kaki pelan yang berkeliling di depan tangga. Itu mengejutkanku. Aku tak percaya ini. Apa pikiranku sedang mempermainkanku atau Ben memang di sini? Aku meraih ponselku.

“Kau mengerjai aku ya?"

Aku terus mendengarkan sampai ponselku bergetar lagi.

“Gak, sudah kubilang aku di lantai bawah, kau tidak percaya padaku.”

Aku sedikit lega tahu kalau itu Ben, tapi aku jengkel karena dia membobol rumahku. Aku bisa mendengarnya masih mondar-mandir di lantai bawah sementara aku menunggunya naik ke kamarku. Aku mengambil ponselku lagi.

“Kamu mau naik atau nggak? Aku bisa mendengarmu berkeliling di bawah. Sudahlah langsung naik saja.”

Kukirim pesanku dan kutunggu balasannya. Aku agak kesal setelah menunggu beberapa saat. Aku bangkit dari kasurku dan berjalan ke pintu kamar. Aku berteriak ke lantai bawah.

“Sudan naik saja kenapa! Berhenti main-main!”

Aku kembali duduk di kasur saat mendengarnya menaiki tangga. Tiba-tiba, ponselku bergetar. Isinya pesan dari Ben.

“Kau tahu aku cuma main-main denganmu, 'kan?”

Dan aku mendengar langkah kaki itu berhenti di depan pintu kamarku.

Intip Sekalian!

Masuki Dunia Penderita Skizofrenia Melalui Karya Seni

Mad Father