WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

Joanna

Ketika aku masih kecil, mungkin sekitar 6 atau 7 tahun, kami tinggal di kota kecil, satu dari banyak daerah terpencil di Pennsylvania. Latarnya biasa, toko kelontong dan toko permen, orang-orang yang tumbuh satu sama lain untuk mencetak generasi, dan area hutan yang cukup luas.

Pada saat itu aku tinggal bersama orang tua dan nenekku dalam satu rumah. Dua rumah di seberang ditinggali oleh sebuah keluarga dan gadis cilik bernama Joanna. Kami berdua sama-sama anak tunggal dan akhirnya cepat akrab. Jo adalah tipe anak yang suka main di luar, dan kami selalu memanjat pohon atau berjalan-jalan di tepian hutan. Aku juga tidak diperbolehkan masuk hutan, aku punya orang tua yang lebih ketat daripada dia, dan aku tidak berani berbohong pada mereka (Ibuku selalu tahu kalau aku melakukan sesuatu di belakangnya).

Suatu hari Jo datang dan mengajak main. Nenekku memberitahunya kalau aku bisa main nanti karena aku harus checkup sebelum sekolah dimulai. Saat itu musim panas, dan kami lebih sering bermain di luar karena matahari lebih lama. Sore itu aku bermain di rumah dan tiba-tiba aku mendengar ketukan pelan di pintu kasa (kami membiarkan pintu utama terbuka selama masih terang sepanjang musim panas untuk membiarkan angin segar masuk, berhubung kami belum punya AC saat itu). Jo berdiri di sana, yang kurasa ganjil, karena biasanya dia langsung masuk begitu saja. Aku menghampirinya untuk membukakan pintu dan dia mengajakku untuk pergi bermain. Dia terlihat sangat berantakan, lebih dari biasanya, jadi kutanya apa yang sedang dia kerjakan. Dia memberitahuku kalau dia bermain di dalam hutan dan menemukan tempat yang menarik, cuma sekali ini saja, janjinya. Aku merasa tidak nyaman dan menjawab bahwa aku tidak bisa karena Ibuku melarangku. Tapi Jo terus memaksa dan situasi semakin terasa aneh karena dia tidak masuk rumah sama sekali dan hanya berdiri di luar pintu. Ajakannya mulai agresif di beberapa titik, dan aku merasa diriku mulai takut. Aku berpura-pura naik ke atas dan bertanya pada nenek apakah boleh pergi dengan Jo, kemudian berbohong pada Jo bahwa nenek tidak mengijinkan dan memintaku untuk tetap di rumah. Jo marah, dan aku menutup pintunya. Aku sempat mengintip lewat kelambu untuk melihat apakah Jo masih di sana, tapi dia sudah tidak ada.

Malamnya aku di ruang keluarga sedang menonton kartun sementara nenek menyiapkan makan malam. Muncul keributan besar ketika orang tuaku tiba-tiba merangsek masuk, berlari ke arahku. Ibuku menangis dan memelukku sementara aku tidak paham kenapa ia berkata ia sangat bersyukur dan merasa lega.

Ternyata tadi pagi, ketika aku dan nenek pergi ke dokter, Jo pergi ke hutan dan bermain sendiri. Lalu dia tersandung batu atau akar dan jatuh di turunan curam, mematahkan lehernya, dan meninggal.

Intip Sekalian!

Hari Pertama Sekolah

Mad Father