WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

September 18, 2007

September 18, 2007 Eileen sudah tidak makan akhir-akhir ini dan tidak banyak bicara. Sekarang kalau kupikirkan lagi, dia sudah hampir berpindah dari ranjang. Posturnya bergeser namun ia tidak bangkit. Kami mulai berkencan pada 3 bulan lalu. Awalnya, dia benar-benar sangat hidup. Kami sering bertengkar, tapi aku tahu dia mencintaiku. Dia pastinya tahu aku mencintainya. Aku tidak mau dianggap sebagai orang aneh tapi aku mungkin telah menguntitnya beberapa kali sebelum hadir dalam kehidupannya.

Itu dimulai sebagai permainan tak berbahaya bagiku. Aku akan mengobservasinya dari gang tersembunyi di seberang apartmennya. Aku akan mengikutinya dari kejauhan, memastikan untuk tidak terlalu dekat agar dia tidak waspada karena merasa diikuti. Setelah beberapa minggu akupun tahu tipikal jadwal dan kebiasaannya. Aku tahu aku tidak seharusnya melakukan ini, tapi aku tidak dapat menahan diri.

Aku tidak akan pernah lupa di hari pertama kami bertemu, di hari Senin setelah ia menghabiskan akhir pekannya dengan rekan yang tidak akan pernah memperlakukannya seperti caraku.
Dia berjalan keluar dari coffee shop yang setiap pagi selalu dia singgahi. Aku menghampiri dan bertubrukan dengannya, menjatuhkan segelas kopi dari tangannya. “Maafkan aku. Bagaimana jika kubelikan lagi yang baru?” Tanyaku padanya, berharap dia menjawab ya. Dia adalah wanita paling menawan yang pernah mata ini lihat, dengan rambut pirang ikalnya dan sepasang mata biru yang mempesona. Oh apa yang akan kulakukan untuk mendapatkannya.

“Oh, aku sedang mengejar keterlambatan kerja,” ujarnya padaku. Dia sudah jelas berbohong, dia tidak menatap mataku ketika dia mengatakannya. Aku tahu dia punya duapuluh menit sebelum kerja dimulai.

“Ayolah, tidak akan lama,” aku bersikeras. Dia melihatku, lalu menunduk pada jamnya, berpura-pura kehabisan waktu.

“Baik, tapi aku benar-benar harus pergi kerja,” dia mulai tampak gugup, dan terus mengecek jamnya saat kami berbicara.

“Bagaimana jika aku mengantarmu ke tempat kerja sehingga jika kau terlambat aku bisa menjelaskannya pada boss-mu?” Aku perlu lebih banyak waktu bersamanya, untuk membuatnya tertarik dan menginginkanku. Aku bisa katakan kalau dia tidak ingin aku didekatnya dan waspada terhadapku, sedikit lebih banyak dari yang kuinginkan. Dia sudah pasti mencintaiku.

“Kurasa itu tidak masalah.” Dia setuju seraya kami berjalan keluar toko dan lanjut menuju kantornya. Dia sebenarnya tidak datang ke kantor hari itu. Waktu tambahan yang kuberikan untuk kami berdua sudah cukup untuk membuatnya jatuh ke pelukanku. Dia memutuskan untuk pulang bersamaku dan bahkan tinggal bersamaku. Dia keluar dari pekerjaannya demi aku agar kami tidak lagi terpisahkan, dia membuat hidupku lengkap kembali.

Dialah cinta dalam hidupku, jadi kau dapat melihat kenapa aku sangat cemas terhadapnya. Aku berpikir untuk membawanya ke dokter, tapi aku khawatir jika aku membawanya ke depan publik nanti ada seseorang yang menjauhkannya dariku.

September 19, 2007 Aku mencoba bicara padanya dan melihat kalau-kalau dia akan memberitahuku apa yang salah, tapi dia tidak mau. Dia hanya duduk di tempatnya dan menatapku dengan mata yang lembab. Dia benar-benar sakit. Kupikir aku harus membawanya bangkit dari kasur namun kutakut aku nanti melukainya jika aku berbuat sesuatu, tapi aku tak lagi bisa membiarkannya di sini.

September 21, 2007 Aku telah menghabiskan terlalu banyak waktu, mencoba berpikir harus berbuat apa, rumah mulai dipenuhi bau. Kurasa aroma basin itu berasal dari dia, sejujurnya. Aku tidak dapat mengingat kapan terakhir kali dia mandi. Aku mungkin harus mengurus hal ini.

September 22, 2007 Aku tidak tahan hanya memandanginya duduk di sini, itu mulai menggangguku, jadi kucoba untuk memindahkannya, tapi kupikir aku telah merusaknya. Lengan kirinya langsung jatuh begitu saja ketika aku mencoba membawanya, itu lembut dan berair dan jariku tenggelam dalam lengan kanannya saat aku mengangkat tubuhnya. Darah dan campuran berbagai cairan terciprat terkena kausku. Akan kuganti setelah menyingkirkan tubuhnya. Aku tidak ingin menyentuhnya lagi, dia tampak sangat indah berbaring di lantai kamar tidurku, aku cuma berharap kepalanya tidak terputar ke posisi yang aneh. Potongan helai-helai dari rambut kecil yang ia tinggalkan tersebar di atas lantai sementara sisa dari rambutnya tertinggal di cekungan bantal.

September 23, 2007 Itu sudah tiada, maksudku dia telah tiada. Aku terkadang lupa kalau mereka itu manusia, bukan cuma koleksiku. Dia melayaniku dengan baik, tapi hal yang hebat dalam hidup bukanlah yang terakhir. Dia sekarang tergeletak bersama yang lainnya yang semuanya sama-sama indah.

Oktober 5, 2007 Aku memutuskan untuk jalan-jalan hari ini, aku tidak meninggalkan rumah sejak semua situasi bersama Eileen. Aku menyadari ada sebuah keluarga baru yang pindah di ujung jalan. Mereka sepertinya keluarga yang baik, baik bagiku. Putri mereka terlihat cukup cantik, dengan rambut pirang dan semuanya. Tidak benar-benar sama seperti milik Eileen, itu sedikit lebih gelap dan lebih lurus. Aku hanya membayangkan jikalau dia memiliki mata biru seperti yang Eileen punya.

Intip Sekalian!

Hari Pertama Sekolah

Mad Father