Reason of Insomniac?
Insomnia. Gue ingin membahas insomnia. Gue yakin di antara kalian semua pasti pernah ngalamin. Apalagi di jaman (sok) elit sekarang ini, semua seolah tampak keren kalau dilakukan malam hari. 'Kan, ya?
Banyak penyebab insomnia. Mulai dari penyakit sampai kebiasaan. Seperti halnya gue, yang lebih milih menjadwal tidur 2 x 4 jam daripada tidur langsung 8 jam. Tapi mungkin karena perbedaan waktu antardimensi membuat sesuatu terasa seperti jetlag, jadinya, yah... Gitu, deh. Jadwal tidur gue berantakan.
“Normal"-nya, sih, gue akan mulai tidur jam 2 AM, dan bangun sekitar pukul 5-6 AM. Gue masih pelajar dan itu waktu bangun yang kurasa masih normal. Setelah pulang sekolah, curi-curi jam tidur, sekitar pukul 4 PM sampai maghrib (jam 5-6an). Nah, karena aki gue ter-cas penuh, jadinya gue gak tidur semalaman, dan siklus kembali lagi.
Tapi... Tahu, nggak, kalau ada alasan lainnya? Misalnya, takut tidur? Bukan berarti kamu merasa ada sesuatu di kamarmu, bergantung di langit-langit atau berdiri di sudut kamar, bersembunyi di lemari dan bawah kasur, atau bahkan duduk dan tidur di sampingmu. Yeah... Terserah mental kalian aja...
[Tapi, perasaan waswas waktu dengar ada barang mendadak jatuh sendiri itu gak bisa di-munafik-in. Ya?]
Apalagi buat para pecinta kisah horor akut macam saya, yang setiap hari butuh asupan bacaan atau tontonan, dan dosisnya tiap hari selalu nambah. Nggak akan bisa itu yang namanya tenang meski bukan orang penakut. Sekali terkejut, ini kepala imajinasinya langsung kemana-mana. Semua kemungkinan langsung diisi oleh potongan adegan film dan paragraf-paragraf creepypasta yang diingat. Wee-hehe, jadinya tambah panik. Tapi aku suka.
Nee, dalam konteks ini, mimpi juga termasuk.
Bicara tentang mimpi dan hal-hal paranormal, ada yang tahu—minimal ‘pernah dengar', atau bahkan pernah/sering kejadian—tentang: sleep paralysis, astral projection, dan lucid dream?
Insomnia gue berhubungan dengan salah satu atau dua-nya.
Gue gak akan jelasin ketiga keadaan itu secara rinci, jadi, buat yang belum tahu, gue arahkan ke wiki untuk selengkapnya, dan silahkan obok-obok google selama kuota masih ada.
Sleep paralysis, adalah apa yang sering kalian sebut dengan tindihan. Sebenarnya ada penjelasan medis, ketidak-sinkronan antara visual tubuh dan otak, membuat kesadaran campur aduk dan badan terasa lumpuh. Penyebab umumnya adalah kelelahan.
Untuk astral projection, um... Kalian pernah lihat “Insidious"? Chapter pertama? Ada saat dimana seseorang tidur dan jiwanya ‘lepas', berjalan berkeliling di antara dua dimensi berbeda. Gue belum pernah ngalamin, sih. It sounds somewhat dangerous... But still fascinating.
Kalau lucid dream... Bingung gue jelasinnya. Intinya, ini semacam kemampuan untuk mengendalikan mimpi. Ada step dan teknik-teknik untuk melakukannya, tapi tidak akan kujelaskan di sini. Mungkin lain kali? Ng... Gak janji, sih.
Secara garis besar, ketiganya punya kondisi yang sama. Yaitu; terjadi saat kita terlelap, tapi masih dalam sadar. Bedanya, astral projection adalah bakat alami, sleep paralysis itu tidak sengaja, dan lucid dream itu bakat yang dikembangkan.
Kurasa, salah satu keadaan bisa mempengaruhi keadaan lain. Misalnya, lucid dream dan sleep paralysis, sleep paralysis dan astral projection, atau astral projection dengan lucid dream. Tapi, meski kelihatannya main-main, ketiganya cukup “tidak aman". So, pikir-pikir lagi niatmu kalau berharap melakukan salah satunya.
Maa, yang mendorong gue untuk nulis ini adalah, sedikit ketakutan gue akan mimpi. Gue lupa apa istilahnya, tapi setahuku memang ada, ‘mimpi berlapis'. Sleep paralysis gue yang kemarin hari, agak-agaknya nyambung ke situ.
Ceritanya, gue sadar kalau gue sedang tidur siang dan sedang di dunia mimpi. Ini gue anggap sebagai lucid karena gue mampu ‘men-skenario-kan' beberapa babak. Setelah merasa sudah waktunya bangun, gue lumpuh di kasur, alias tindihan. Biasanya, waktu merasa tindihan, sekali bisa bergerak maka akupun terbangun. TAPI. Kali ini beda. Memang aku “terbangun". Tapi masih terjebak dalam mimpi. Kuulangi lagi membangunkan diri dari sleep paralysis, tapi yang ada malah mimpi yang berlanjut. Aku terbangun dari mimpi untuk menemukan diriku panik tindihan di dalam mimpi. This experience really freak me out. Super-mega-scary-shitless.
Bersyukur bahwa ternyata itu bukan never-ending dan berakhir di percobaan bangun yang ketujuh.
Gue takut. Beneran takut. Mengingat cuma mengalami sleep paralysis saja sudah cukup membuat tekanan darah tinggi, apalagi dalam circle yang tampak tiada akhir. Bisa mati capek membangunkan diri sendiri. Perasaan paranoid terus nempel gak kenal ampun. Karena bagaimanapun juga, yang namanya pengen-ngelupain-nightmare-dan-meneruskan-tidur-lagi itu susahnya gak ketolong. Yang ada malah makin terbayang dan jadi triple-extremely-paranoia. Kalau sudah begini, hm... Rasanya. Melek parno, merem makin parno. Serba salah.
However. Tidur nyenyak dan damai setelah mimpi buruk itu bukan mitos, loh. Buat rileks aja. Selama badan dan pikiran kembali ke titik comfort, tidur bisa dilanjutkan dengan senang hati.
Ohya, jangan lupa. PASTIKAN negative thinking yang barusan itu kelupaan, ya.
Aôut 07, ‘15.
Ha-chan, sign out.
Ha-chan, sign out.