Sister
Kenapa kau tidak mau berhenti, Dik?
Read the rules, plz. Arigatou.
…
Adik perempuanku selalu berteriak di tengah malam. Teriakan mengerikan yang membekukan darahmu. Dan aku tidak bisa membuatnya berhenti.
Aku berbaring di kasurku, jauh dari kenyataan, samar bermimpi, dan dia berteriak membuyarkan mereka semua. Dia menangis untukku, dia menangis untuk seseorang.
Aku tidak bisa menolongnya, tak satupun tindakanku dapat membuatnya diam.
Aku membawakannya beberapa lavender segar, suatu hari. Aku berharap pemberianku dapat menenangkannya.
Mataku tertutup dan mulai tertidur.
Tapi dia berteriak.
Apa yang bisa kulakukan, Dik? Kenapa kau berteriak? Apa yang membuatmu takut? Kau tidak memberitakuku, aku tidak bisa membantu.
Suatu malam, saat teriakannya menjadi-jadi, aku bangkit. Aku akan menghentikan teriakannya.
Aku berjalan ke kasurnya, dan berlutut tepat di atasnya.
Berhenti berteriak.
BERHENTI BERTERIAK.
BERHENTI BERTERIAK.
Aku menunduk padanya, tapi aku tidak bisa melihatnya. Ini gelap, dan ada jarak di antara kami.
BERHENTI BERTERIAK.
Dia berhenti, tapi hanya karena dia tahu orang lain di sini.
Dia diam, dia tidak ingin mereka tahu dia di sini.
Ibuku, berkata padaku untuk pergi kembali ke kasurku. Aku harus berhenti datang untuk melihat adikku saat malam.
Tapi tidakkah kau dengar teriakan itu, Bu?
Tidak. Cuma aku.
Adikku berpura-pura tidur.
Aku bangkit.
Aku kotor karena tanah dimana aku berlutut di kuburan adikku.
Dia beristirahat di peti matinya. Mati tapi dia masih berteriak.