WARNING, GREETING.

THIS ISN'T REALLY HAPPENING. YOU'RE DREAMING. PLEASE, WAKE UP. PLEASE. WE NEED YOU NOW. EVERYTHING IS COMING TO AN END. PLEASE WAKE UP. THERE ISN'T MUCH TIME LEFT.

Black Matter

Read the rules, plz. Arigatou.

Professor Salik
Scientific Ethics Class
3rd Grade, 5th Period
Salik terburu-buru ke mejanya, mengetuk display holographic di hadapannya. “Baik semuanya, harap tenang.”

Dia mengetuk mejanya lagi dan display berubah menjadi galaksi. “Seperti yang kalian pelajari di kelas sebelumnya, luar angkasa senantiasa datar.

“Tiap tahun kita dipusingkan oleh masalah massa. Hanya saja tidak cukup perhitungan untuk strukturnya."

Gambar hologram berubah menjadi penampakan celah gelap di angkasa di antara zat.
Salik menunjuk ke bagian gelap. Sebuah pesawat kertas melambung menuju display melewati jarinya. Dia berbalik dan menatap tajam. “Kita hanya punya tiga detik lagi dan kelas akan berakhir, jadi tolong bersikap baik.” Beberapa anak langsung duduk tegak.

Salik menatap gambaran luar angkasa untuk beberapa saat, “Sampai di mana aku?”

Konsentrasinya kembali dan dia memulai lagi dengan energi baru, “Oh iya, kembali saat kita hanya tahu sedikit informasi kita percaya pada beberapa zat gelap mistis yang berpengaruh pada struktur luar angkasa.”

Beberapa murid terkikik. Dia tersenyum.

“Ya, memang ini cukup lucu.” Salik duduk.

“Siapa bisa menjelaskan padaku apa yang terjadi pada semua zat-zat yang hilang itu?” Beberapa tangan mulai terangkat. Salik menunjuk seorang murid di belakang. “Ya Marok.”

Marok berdiri. “Semuanya hancur.”

Salik tersenyum, “Ya, hancur pada tingkat itu, tapi bagaimana kita bisa menjelaskan prosesnya lebih baik?” Salik menunjuk murid lain.

Murid lain berdiri, “Semuanya tertelan?”

“Oleh apa, anak-anak?”

Secara kompak, mereka menjawab, “Tersedot ledakan energi.”

Salik duduk di tepi mejanya, “Ya, setiap bagian gelap mewakili,” Dia jeda sejenak, “Sebuah kejadian.”

Dia ganti menghadap proyeksi, “Beberapa bagian tidak beruntung bertemu dan membuat kesalahan karena mencoba untuk mengetuk sumber energi ini, dan pada prosesnya menghancurkan mereka sendiri dan berjuta tahun cahaya di angkasa mengkonsumsi bagian lain dalam jumlah yang tak terbilang.”

Suile mengangkat tangannya.

“Ya, Suile.” ucap Salik.

“Kenapa berulang kali mencobanya? Tidakkah seseorang memperingatkan mereka?”

Beberapa siswa lain tertawa. Salik memberi mereka tatapan memperingatkan dan melirik ke jam dinding. Dia berbalik dan tersenyum. Membuat Suile santai, “Itu pertanyaan yang sangat bagus.”

Salik membuat gerakan dengan tangannya dan display membesar di bagian gelap. “Jarak dan waktu menyulitkan pengiriman pesan membuatnya tidak mungkin untuk mengirimkan peringatan.

“Sekarang kita, sebagai ras khusus yang peka terhadap gelombang batin, dapat berkomunikasi meski dalam jarak jauh dengan golongan yang memiliki bakat ini.” ucap Salik, “Komunikasi sederhana ini masih tetap yang terbaik.”

Dia tampak menyenangkan Suile, kemudian berkata ke seluruh murid, “Jeda waktu meyakinkan tiap ras bahwa kita dapat bicara dengan mendapat peringatan.” Suile dan beberapa murid lain tampak sedikit tenang dan paham.

Suile mengangkat tangannya lagi. “Ya, Suile."

“Bagaimana kita bisa dapat peringatan?” Suile bertanya dengan polosnya.

Salik tenggelam di balik mejanya, menatap seluruh kelas, seakan ia kehilangan gagasan. Dia merubah proyeksi ke sebuah bagian gelap yang berbeda. “Kita menyebut ini the Awakening Expanse.”
Murid lain mengangkat tangannya, “Professor,”

Salik teralihkan dari pikirannya yang kacau. “Ya.”

Murid itu terus terhasut oleh temannya. “Kenapa eksperimen ini dilarang? Sungguh, dengan kemajuan para pakar sains bukankah kita bisa mengendalikannya?”

Temannya terkikik. Salik menggelengkan kepalanya dan terlihat kecewa terhadap muridnya. “Kita seharusnya tidak pernah bersikap arogan dengan berpikir seperti itu!”

Salik berhenti dan terlihat menyesal, “Aku minta maaf anak-anak.”

Dia berdiri dan mengedarkan pandangan, “Kalian masih sangat muda dan bisa menjadi tidak peka terhadap hal ini, tapi tidak dengan kami, generasi tertua.”

Salik menatap display, “Di tengah Awaking Expanse terdapat planet kecil disebut Bumi. Dan ras yang menghuni planet ini, meski jika mereka tidak tahu, telah memiliki talenta alami untuk mengirimkan gelombang batin mereka.”

Salik menunduk dan menarik napas dalam, “Kalian lihat, kita tidak akan pernah berexperimen dengan vacuum energy, karena kita tetap bisa mendengar teriakan mereka di dalam mimpi kita!”

Bel pun berdering.

Intip Sekalian!

Random: Screaming Lynne